Warga Kelurahan Bende Kecamatan Kadia Kota Kendari dihebohkan penemuan mayat di Samping warung makan mawar Kendari Jalan Brigjen majid Yunus, Selasa (31/01/17) pukul 07.15 wita.
Kabid Humas Polda Sultra AKBP Sunarto saat dikonfirmasi menjelaskan, mayat lelaki, Prof. Ki Densilasa (55), yang beralamat di jl. Brigjen Majid Yunus (Warung makan mawar) Kel. Bende Kec. Kadia Kota Kendari tempat mayat ditemukan pertamakali oleh Swayalluddin tetangga korban, saat hendak mengecek kondisi Desilasa.
Sawaludin tanpa berpikir panjang memberitahukan kejadian ini kepada warga sekitar serta langsung melapor ke pihak Kepolisian. Tak lama berselang Aparat Polres Kendari serta Polsek Baruga tiba di lokasi kejadian perkara, melakukan olah TKP serta mengevakuasi korban untuk di visum di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sultra.
Korban ditemukan tewas disebuah rumah berukuran 2×2, beratapkan terpal, berdinding papan dan beralaskan tanah diapit oleh dua rumah tersebut ditempati korban selama beberapa tahun ini.
Saat ditemukan oleh warga, tubuh korban berlumunan darah. Selain itu dirumah tersebut ditemukan dua bilah parang dan pakaian milik korban yang saat ini sudah dimankan oleh Pihak Kepolisian untuk ditindak lanjuti lebih lanjut.
Di rumah tersebut korban tinggal sendiri. Dimata tetangganya korban dinilai baik namun tak pernah banyak bicara selain itu ia juga dikenal sebagai sosok pekerja keras dan suka membantu.
“Itu korban kalau diajak cerita baik-baik. Kalau diminta untuk tebangkan pohon pisang ia laksanakan hanya dirumah itu korban tinggal sendiri tidak pernah kita liat kalau dia pernah menerima tamu,” kata tetangga korban, Badia (48).
Badia terakhir kali melihat korban pada Senin 30 Januari 2017 sore hari sekitar pukul 16.00 wita. Saat itu korban memegang sebuah parang dan sempat menegur Badia, gara-gara motor Badia tidak bunyi-bunyi.
“Dia menegur saya, saya juga tegur dia. Tapi dibagian dahi kiri korban saya liat ada luka robek, kurang tau juga apa sebabnya,” jelasnya.
Sementara Ketua RT RW Kelurahan bende, Kecamatan Kadia Saharudin mengaku meskipun jarang melihat korban namun tiga hari sebelumnya ia pernah melihatnya. Saharudin sendiri baru tau korban menetap disebuah gubuk tersebut.
“Selama ini sering bolak balik disitu tapi baru tau kalau tinggal dan menetap disitu, dia tidak terdaftar juga sebagai wrga tetap disini,” tutur Saharudin kepada Rakyat Sultra.
“Orangnya tidak mengganggu, tenang dan hanya tidak banyak cerita,” kata pemilik warung yang tinggal tepat satu dinding dengan rumah korban yang enggan disebutkan namanya itu.
Sedangkan saudara kandung korban bernama Samsi (58) menceritakan bahwa sebelumnya tinggal di Kecamatan Wua-wua bersama anak dan istrinya. Korban terdaftar sebagai pegawai Negeri Sipil (PNS) puluhan tahun hingga sekarang.
“Kalau dia cerita baik-baik saja. ia tinggal sendiri. Tidak pernah banyak bicara dan melihat saudaranya sendiri ia lari,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Samsi, korban mengidap penyakit kelainan jiwa hampir kurang lebih 10 tahun atau sejak anaknya masuk sekolah dasar. Namun dibalik penyakit yang dialaminya itu korban tidak pernah mencoba untuk melukai dirinya sendiri.
“Dia pernah tinggal di rumah saya, dia memang ada penyakit kelainan jiwa dia hanya ngomel-ngomel kalau sakitnya kambu, tapi tidak pernah melaukai dirinya,” kata keluarga korban bernama Ria.
Ria mengungkapkan bahwa korban memiliki empat orang anak dari tiga wanita yang pernah dinikahinya. Sedangkan tiga orang anaknya saat ini tinggal di Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara dan satu orang lagi tinggal di Kalimantan.
Dari hasil visum tim dokter RM Sakit Bhayangkara pada diri korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan ataupun bekas penganiayaan. Hanya saja pada bagian dahi dan pelipis kiri korban mengalami luka robek dan memar pada mata korban.
“Kalau darah yang keluar itu berasal dari bagian hidung dan telinga korban,” tutur dokter RS Bhayangkara Dokter Isra melalui Brigadir Rudi Usman.
Menurut Rudi, keluarga korban menolak permintaan tim dokter dan Kepolisian untuk dilakukan outopsi, guna mengetahui lebih jauh penyebab kematian korban.
“Keluarga korban memilih untk memakamkan jenazah korban. Dan itu berdasarkan hasil diskusi dan kesimplan keluarga korban,” ujar Rudi
Terkait dengan penyebab kematian korban Kepolisian masih melakukan penyelidikan dan pengembangan. Dan Kepolisian juga mengamankan dua bilah parang milik korban serta sejumlah pakaian korban.
“Kita masih lakukan penyelidikan dan melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi,” ujarnya.