Harmawati (21), seorang gadis asal Kelurahan Tinanggea, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan ditemukan tewas pada Senin (15/8/2016) di pegunungan Dusun Tappareng, Desa Lappaboase, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone sekitar pukul 18.00 Wita.
Dari keterangan laporan Polisi yang dihimpun, jenazah korban ditemukan pertama kali oleh Rustan (17) seorang petani di Desa Lappaboase yang sedang menggembalakan sapinya disekitar tempat kejadian penemuan jasad korban.
Kronologi bermula pada saat Rustan hendak pulang kerumahnya, namun dalam perjalanan pulang sapi-sapi miliknya berlarian karena dikagetkan oleh sesuatu. Saat itu juga Rustan mencium bau menyengat, ia pun penasaran hingga menelusuri asal bau tersebut. Alangkah kagetnya Rustan ketika ia mendapati sesosok jasad yang telah membusuk, baunya menyengat serta dipenuhi belatung dibalik tanaman tebu.
Tanpa banyak berpikir panjang, Rustan melaporkan hal tersebut kepada aparat Desa Setempat. Beberapa saat kemudian anggota Polisi dari Polsek Kajuara mendatangi tempat kejadian perkara dipimpin langsung oleh Kapolsek Kajuara AKP Muhammad Idris bersama anggota Reskrim, Intel dan Shabara untuk mengamankan TKP, memasang garis polisi (Police line), mengumpulkan saksi terkait serta koordinasi dengan unit identifikasi Polres Bone.
Kondisi jasad yang mengenakan sweater warna biru gelap dan menggunakan kaos hitam serta celana jeans hitam tersebut sangat mengenaskan sekali, perut bengkak dan paha berulat, kaki sebelah kiri sudah tidak ada, wajah sudah tidak bisa dikenali karena sudah hancur dan berwarna hitam. Disampingnya ditemukan sebuah tas warna merah merk Fendi yang berisikan foto korban, alat make-up, serta pakaian dalam (Bra).
Ternyata, kabar terkait penemuan mayat tersebut beredar luas dan cepat melalui media sosial (facebook) serta dibagikan oleh netizen via broadcast (BC) Blackberry Messenger (BBM). Dari hasil penelusuran serta keterangan petunjuk ternyata jasad tersebut adalah Harmawati, gadis asal Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan.
“Terkait penemuan jasad tersebut saya koordinasi dengan keluarga korban yaitu pamannya dan benar bahwa yang bersangkutan adalah keluarganya yang tinggal di Kelurahan Tinanggea,” kata Kapolsek Tinanggea IPTU Gusti Komang Sulastra, Rabu (17/8/2016).
Paman korban yakni Rahman Rahim (36) juga membenarkan bahwa korban adalah keluarga dekatnya.
“Iyaa dia adalah keluarga kami yang melanjutkan studi di Makassar. Saya dapat kabar kematiannya melalui medsos dan telegram pak Kapolsek Tinanggea. Kami dari pihak keluarga belum tahu pasti penyebab kematiannya,” ungkap Rahman saat ditemui dikediaman ibu korban di Kelurahan Tinanggea saat menunggu jenazah Harmawati yang akan bertolak dari Kolaka Utara menuju Tinanggea, Rabu (17/8/2016).
Selain itu, keterangan dari Kepolisian dan pembenaran oleh keluarga korban juga diperkuat oleh keterangan petunjuk dari Biddokkes Dokpol Polda Sultra yang turut hadir di kediaman keluarga korban.
Berdasarkan koordinasi dengan Biddokkes Polda Sulawesi Selatan hasil pemeriksaan postmortem (data korban setelah mati) dari jasad tersebut melalui pemeriksaan primer yakni sidik jari dan data gigi serta identitas antemortem (data korban sebelum mati) di TKP dapat dipastikan tidak lain jasad tersebut adalah Harmawati.
“DNA ibu korban sudah diambil dan digabung dengan hasil Biddokkes dari Bone. Identifikasi sekunder jenazah sementara dari keterangan petunjuk di TKP jasad tersebut adalah Harmawati,” kata Dokter Forensik Biddokkes Polda Sultra Kompol dr. Mauluddin yang melakukan identifikasi dikediaman keluarga korban.